Sejarah QIRO'ATI (1)
Sejarah Penyusunan
Sejarah penemuan dan penyusunan Metode Qiraati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan, dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majlis pengajaran Al Qur-an di mushalla-mushalla, masjid-masjid, ataupun majlis tadarus Al Qur-an.
Dari hasil pengamatan dan penelitian ini beliau mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan Metode Qiraati, di mana hal-hal yang dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta contoh-contohnya yang kemudian diujicobakan kepada anak didiknya. Sehingga penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku sekali jadi dari hasil “otak-atik akal” melainkan dari hasil pengamatan, penelitan, dan percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak yang dinamis sesuai kebutuhan dan perkembangan.
Awal Mengajar Ngaji
Bermula dari panggilan hati Bapak Dachlan Salim Zarkasyi sebagai seorang muslim untuk mengajar ngaji (membaca Al Qur-an) kepada anak-anaknya sendiri dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar ngaji ini pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar dengan Kitab Turutan (Metode / Kaidah Baghdadiyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di Indonesia.
Namun ternyata dalam mengajar dengan Kitab Turutan ini beliau merasa kesulitan sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan. Dimana anak cenderung hanya sekadar menghafal dan tidak paham masing-masing huruf, sehingga anak tidak membaca sendiri, tetapi harus dituntun dalam membaca Al Qur-an.
Dari rasa tidak puas dengan Kaidah Baghdadiyah yang diajarkan dengan cara dituntun ini, timbul gagasan pemikiran di benak beliau bagaimana cata mengajarkan membaca Al Qur-an dengan cara yang lebih mudah dan berhasil dapat membaca Al Qur-an dengan tartil.
Untuk itu membeli buku-buku yang katanya praktis dan memudahkan orang belajar membaca Al Qur-an, untuk diajarkan kepada anak didiknya. Namun setelah dipelajari tidak ada satupun buku yang dipergunakan untuk mengajar, karena dalam buku-buku tersebut hanya diajarkan sekedar bias membaca huruf Al Qur-an dan tidak akan menghasilkan anak dapat membaca Al Qur-an dengan bacaan tartil. Dan yang lebih merisaukan beliau adalah contoh-contoh yang diberikan menggunakan kalimat dalam bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Arab ataupun bahasa Al Qur-an. Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang sudah ada sebelumnya.
0 komentar:
Post a Comment